StatusRAKYAT.com, Tanah Karo - Pembangunan Literasi bukanlah pekerjaan yang bisa diselesaikan dalam waktu singkat dan tuntas dalam hanya beberapa kegiatan. Namun memerlukan upaya menyeluruh yang pelaksanaannya harus dilakukan secara berkesinambungan.
Maka dari itulah, Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Karo, dihari kedua, pada tanggal 24 Agustus kemarin kembali menggelar Bimbingan Pemustaka Hari Kedua bagi para Pelajar dari beberapa sekolah dan Perguruan Tinggi yang ada di Kabupaten Karo dengan tema Penggiatan Literasi Budaya di Kalangan Pelajar dan Mahasiswa sebagai salah satu upaya pembangunan generasi muda yang Literat.
Sesuai dengan tujuan pelaksanaan Bimbingan Pemustaka ini, bahwa para Pelajar yang diundang adalah Siswa dan Mahasiswa yang dianggap cakap dan layak untuk diproyeksikan sebagai agen Literasi pada masing - masing sekolah/perguruan tinggi dan komunitas pergaulan mereka baik keluarga, masyarakat, atau lingkaran pertemanan mereka.
Pada kegiatan tersebut hadir narasumber Kadis Pendidikan Kabupaten Karo, Anderesta Tarigan, AP.,M.Si., dimana beliau menekankan peran sekaligus kesempatan emas bagi Pelajar sebagai generasi muda yang juga bertindak sebagai agen perubahan, yaitu penyampai pesan perubahan ke arah yang lebih baik di antara sesama mereka.
Hal ini merupakan kesempatan emas mengingat generasi muda mempunyai energy yang besar dan kemampuan beradaptasi dengan perubahan masih terbilang cepat dan fleksibel. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Karo berharap, dari beberapa agen literasi sekolah yang berkumpul pada kesempatan saat itu, akan saling memotivasi dan memacu lahirnya agen- agen literasi sekolah lainnya.
Sedangkan narasumber lainnya, Aron Agi Taminta Ginting, menyoroti perihal Budaya Literasi di era Artificial Intelegence. Dimana menurut beliau, bahwa kecerdasan buatan yang semakin banyak melenakan orang terutama generasi muda, tidak seharusnya membuat generasi muda kecanduan dan lupa akan jati dirinya sebagai manusia yang seutuhnya. Sepintar-pintarnya dan secanggih-canggihnya artificial intelegence, tidak dapat menyamai kepintaran otak manusia sebagai pembuatnya. Beliau menegaskan bahwa artifiacial intelegence hanyalah perangkat yang tidak seharusnya mampu menjebak generasi muda untuk kehilangan rasa," terangnya.
Dari narasumber lainnya, Teopilus Suranta Tarigan yang menyampaikan keresahannya melihat generasi muda yang semakin buta akan akar budaya bangsa sendiri, sedangkan Wilson Rajaulu Sembiring, menyampaikan pesan mendalam bagi para pelajar akan kesiapan mereka sebagai generasi yang akan bertarung dengan kerasnya era globalisasi yang tanpa batas dan sekat.
"Bahwa wujud fisik bangsa luar memang belum hadir di tengah – tengah kita untuk mengintervensi baik dari segi budaya ataupun segi lainnya, akan tetapi roh mereka telah mengikis perlahan namun pasti roh budaya dan identitas jiwa masyarakat Indonesia," ujar Wilson ini.
Salah satu Peserta bimbingan Pemustaka dari SMAN 1 Kabanjahe, Rendi Ginting, menyampaikan bahwa era digital terutama trend penggunaan artificial intelegence kerap membuat generasi muda tenggelam, dianalogikan seolah berenang jauh menyelami ke dasar lautan dunia artificial intelence namun kemudian tenggelam di dalamnya karena tidak memiliki cukup pembekalan ilmu dan kebijaksanaan untuk kembali berenang naik ke permukaan.
"Untuk lepas dari ketergantungan yang sering kali bersifat anti produktif. Dan para narasumber sepakat mengatakan bahwa salah satu pelita yang cukup untuk membawa generasi muda kembali ke permukaan, lepas dari ketergantungan perangkat artifiacial intelengence adalah bekal literasi yang kuat," terangnya.
Bimbingan pemustaka dan diskusi pada hari itu ditutup dengan ajakan cukup bernas oleh moderator diskusi, bahwa apabila Sukarno hanya memerlukan 10 orang pemuda untuk mengguncang dunia, maka Tanah Karo memiliki puluhan agen literasi untuk mengguncangkan dunia literasi Karo. Mari bangun Karo lewat dunia literasi!
Dvd/Berjoed